Karnagua miskin, gak ada duitnya, makanya dia ngincernya yang kaya-kaya doang, yang sukses-sukses doang," seloroh Egi tanpa kenal takut, dikutip Suarajabar.id, Kamis (4/8/2022).
Rezekikarena anak; Setiap keturunan sudah memiliki rezekinya masing-masing. Hal ini tentunya sudah dijamin oleh Allah SWT. Disebutkan dalam surat Al-Isra' ayat 31 yaitu: "Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sunggu suatu dosa yang besar."
78 Jangan membunuh anak-anakmu karena takut akan kemiskinan (QS 17 - Al Israa' : 31) 79. Jangan mengikuti sesuatu yang kamu tidak memiliki pengtahuan tentangnya (QS 17 - Al Israa' : 36) 80. Jauhkan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat (QS 23 - Al Mu'minuun : 3) 81.
Biasanyayang dibunuh adalah bayi yang lahir di luar nikah atau diaborsi, mau pun pihak perempuan. Coba buka deh, QS Al Isra (17:30-32) yang artinya: "(30)Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.
Translationsin context of "JANGANLAH KAMU MEMBUNUH ANAK-ANAKMU KARENA TAKUT KEMISKINAN" in indonesian-english. HERE are many translated example sentences containing "JANGANLAH KAMU MEMBUNUH ANAK-ANAKMU KARENA TAKUT KEMISKINAN" - indonesian-english translations and search engine for indonesian translations.
Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd. "Bagaimana aku takut miskin sedangkan aku adalah hamba dari sang maha kaya."~ Tulisan ini hanya akan sekedar jadi tulisan jika tidak ditanamkan ke dalam hati, rasa takut itu ada karena terbiasa. Rasa was-was yg sudah tertanam dalam diri kita dari kecil. Kita terlalu khawatir akan dunia, kita terlalu khawatir akan sesuatu yg sebenarnya bisa dikatakan itu urusan tuhan. Kita takut di masa depan yang di luar jangkauan kita, misalnya soal pekerjaan, soal rejeki. Bagaimana jika kita sudah tidak bekerja lagi, kalau sudah tidak bekerja bagaimana kita bisa makan? Padahal masa depan itu urusan tuhan, kita urus saja urusan kita di dunia ini yaitu BEKERJA. Hal yang ditakutkan sebagian orang tentang rejeki adalah bagi mereka yang mencari rejeki dengan cara berdagang. Soal rejeki, banyak tidaknya yg kita terima itu semua sudah tuhan yang ngatur. Kita tidak tau apa yg akan terjadi di masa depan dan kita tidak akan pernah tau. Jangan Takut Soal Kemiskinan Kekhawatiran kita adalah kekhawatiran semu akan sesuatu yg tidak pasti. Tugas manusia hanyalah berusaha, yg dinilai adalah proses kita berusaha. Soal hasil, insyaallah tidak akan berkhianat dan biarkan tuhan yang mengaturnya, kita hanya perlu kerja, ibadah dan berbuat yang terbaik. Bahkan ada salah satu ayat berbunyi Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. QS. Ar-Ra'd11 Kita tidak boleh menyalahkan keadaan, keadaan terjadi adalah karena sebab akibat dari diri kita sendiri. Misalnya saja jika terjadi musibah, bisa jadi itu karena cobaan atau bisa juga jadi itu karena hukuman. Yang harus kita salahkan adalah diri kita dalam menghadapi suatu keadaan. Saya suka dengan kalimat dari Ali bin Abi Thalib Ra yang seperti ini “Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan jangan pernah menyerah untuk mencoba dalam amanah, keikhlasan dan kejujuran. Maka jangan katakan pada Allah aku punya masalah, tetapi katakan pada masalah AKU PUNYA ALLAH Yang Maha Segalanya” Balik lagi ke tulisan kita di awal Bagaimana aku takut miskin sedangkan aku adalah hamba dari sang maha kaya. Menanamkan tulisan diatas akan membuat hati kita jadi tentram karena kita tidak perlu lagi memikirkan hal yg bukan utusan kita, hal yg memang tidak pasti. Berusahalah, lakukan yang terbaik. Niscaya kamu akan mendapatkan imbalannya. Tidak semua orang bisa melakukan makna dari tulisan diatas, kebanyakan kita pasti takut kalau miskin, takut kalau tidak punya uang. Jujur saja saya juga gitu, saya tidak munafik kok. Saya yakin kamu juga begitu tapi kalau tidak berarti kamu hebat. Lagian kenapa harus takut? Karena memang dari awal kita sudah miskin. Coba renungkan apa coba yang hakikatnya itu milik kita? Tubuh aja misalnya, kita lahir kita itu ga punya apa-apa, baik tangan, kaki, mata telinga dan yang lainnya. Itu semua hanya titipan, kita dititipi tuhan untuk menggunakannya dengan baik. Semua yg kita miliki serba titipan. Kalau samg pemilik mau ngambil kita bisa apa coba? Harusnya kita bersyukur kalau kita terlahir dengan sempurna karena ada banyak orang yang tidak diberi titipan sebanyak kita. Contohnya, ada org yg tidak bisa melihat, ada org yg tidak bisa mendengar, berjalan, memegang dan masih banyak lagi. Pernahkan kalian memikirkan mereka? Kita harus bersyukur kita dititipi pemberian sebanyak ini, kaki misalnya. Kaki utu mahal banget harganya, apalagi mata. Apa kalian mau menjual kaki kalian seharga satu milyar untuk masing-masing kakinya? Saya tidak tau apakah mayoritas orang akan mau atau tidak tetapi kalau saya jelas tidak mau. Karena saya ingin bisa berjalan, apalagi ini adalah pemberian tuhan yang harus kita jaga dengan baik. Kita harus bisa mengarahkan kemana kaki kita melangkah, apakah itu ke arah kebaikan atau arah keburukan. Yang jelas semua itu akan selalu ada pertanggung jawabannya. Kalau kalian misal menjawab mau menjual kaki, yaa silahkan. Kalau tidak, makanya manfaatin sebaik-baiknya. "Sekaramg saya coba menanamkan kata kata ini supaya ga khawatir lagi soal uang. Kenapa? Yaa soalnya kalau dipikirkan terus uangnya tidak bakalan nambah. Yang dipikirin bukan duitnya dan berapa hasilnya tetapi bagaimana cara nyari duitnya, baru dikira-kira brp hasilnya? Ada ga cara yg lain yg lebih menguntungkan?... Intinya dicari aja pasti dapat rejekinya... Soal nominal yaa seharusnya cukup lhaa, karena rejeki pemberian tuhan itu cukup untuk hidup bukan untuk gaya hidup. Yang Penting Cukup Kita harus selalu belajar sabar saat kita sedang tidak punya apa-apa apalagi saat tidak punya uang. Apakah kita tidak boleh minta menjadi kaya? Tentu sangat boleh tetapi jangan sampai kekayaan itu membuat kita lupa akan keberadaan Tuhan Yang Maha Kaya hingga membuat kita sombong dan tidak berbuat kebaikan, menggunakan harta kita untuk sesuatu yang tidak dibawa saat kita telah mati. Saat miskin pula dan kita tidak memiliki uang sepeserpun jangan lupa juga kalau kita masih punya Tuhan Yang Maha Kaya Yang penting cukup, cukup untuk makan, cukup untuk beli hp, cukup untuk beli rumah. Yah dan semacamnya, walau makna cukup sendiri berbeda bagi setiap orang karena setiap orang punya kebutuhan dan kewajibannya masing-masing. Entah karena tuntutan hidup atau karena gaya hidup. Belajar Sabar Rejeki bukan selalu menyangkut soal uang dan materi, karena rejeki maknanya luas. Misalnya kita tidak sakit saja itu sudah termasuk rejeki, keluarga tidak sakit, anak, istri ataupun suami itu pun termasuk rejeki. Saat kita dalam kesulitan entah itu soal harta ataupun hutang, kita harus belajar sabar. Karena tuhan akan selalu bersama orang yang sabar. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. QS 2-153 Yang jelas perihal hutang kita harus niat untuk melunasinya jika memang kita punya hutang karena hutang itu akan dibawa sampai ke akhirat nanti. Yah, kalau belum punya setidaknya berusahalah untuk tidak berhutang. Ini adalah tulisan renungan bagi saya sendiri, sebenarnya ide tulisan ini sudah lama saya tulis dan ada di notepad hp android saya. Pengingat kalau dunia ini yang dikejar bukan cuma harta.
وَلَا تَقۡتُلُوۡۤا اَوۡلَادَكُمۡ خَشۡيَةَ اِمۡلَاقٍؕ نَحۡنُ نَرۡزُقُهُمۡ وَاِيَّاكُمۡؕ اِنَّ قَتۡلَهُمۡ كَانَ خِطۡاً كَبِيۡرًا Wa laa taqtuluuu awlaadakum khashyata imlaaq; nahnu narzuquhum wa iyyaakum; inna qatlahum kaana khitan kabiiraa Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar. Juz ke-15 Tafsir Kemudian Allah melarang kaum muslim membunuh anak-anak mereka seperti yang dilakukan beberapa suku dari kaum Arab Jahiliyah. Allah berfirman, "Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan akan menimpa mereka. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka, bukan kamu yang memberi rezeki kepada mereka, dan Kami juga yang memberi rezeki kepadamu. Janganlah kamu mencemaskan mereka karena kemiskinan, maka oleh sebab itu kamu membunuhnya. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar. Kemudian Allah swt melarang kaum Muslimin membunuh anak-anak mereka, seperti yang telah dilakukan oleh beberapa suku dari bangsa Arab Jahiliah. Mereka menguburkan anak-anak perempuan karena dianggap tidak mampu mencari rezeki, dan hanya menjadi beban hidup saja. Berbeda dengan anak laki-laki yang dianggap mempunyai kemampuan untuk mencari harta, berperang, dan menjaga kehormatan keluarga. Anak perempuan dipandang hanya akan memberi malu karena bisa menyebabkan kemiskinan dan menurunkan martabat keluarga karena kawin dengan orang yang tidak sederajat dengan mereka. Apalagi dalam peperangan, anak perempuan tentu akan menjadi tawanan, sehingga tidak mustahil akan mengalami nasib yang hina lantaran menjadi budak. Oleh karena itu, Allah swt melarang kaum Muslimin meniru kebiasaan Jahiliah tersebut, dengan memberikan alasan bahwa rezeki itu berada dalam kekuasaan-Nya. Dia yang memberikan rezeki kepada mereka. Apabila Dia kuasa memberikan rezeki kepada anak laki-laki, maka Dia kuasa pula untuk memberikannya kepada anak perempuan. Allah menyatakan bahwa takut pada kemiskinan itu bukanlah alasan untuk membunuh anak-anak perempuan mereka. Di akhir ayat ini, Allah swt menegaskan bahwa membunuh anak-anak itu adalah dosa besar, karena hal itu menghalangi tujuan hidup manusia. Tidak membiarkan anak itu hidup berarti memutus keturunan, yang berarti pula menumpas kehidupan manusia itu sendiri dari muka bumi. Hadis Nabi saw berikut ini menggambarkan betapa besarnya dosa membunuh anak Diriwayatkan dari 'Abdullah bin Mas'ud bahwa ia bertanya, "Wahai Rasulullah, dosa manakah yang paling besar? Rasulullah menjawab, "Bila engkau menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Allah itulah yang menciptakanmu." Saya bertanya lagi, "Kemudian dosa yang mana lagi?" Rasulullah saw menjawabnya, "Bila engkau membunuh anakmu karena takut anak itu makan bersamamu." Saya bertanya lagi, "Kemudian dosa yang mana lagi?" Rasulullah saw menjawabnya, "Engkau berzina dengan istri tetanggamu." Riwayat al-Bukhari dan Muslim Di samping itu, dapat dikatakan bahwa tindakan membunuh anak karena takut kelaparan adalah termasuk berburuk sangka kepada Allah. Bila tindakan itu dilakukan karena takut malu, maka tindakan itu bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan, karena mengarah pada upaya menghancur-kan kesinambungan eksistensi umat manusia di dunia. Selain mengungkapkan kebiasaan jahat yang dilakukan oleh orang-orang Arab di masa Jahiliah, ayat ini juga mengungkapkan tabiat mereka yang sangat bakhil. sumber Keterangan mengenai QS. Al-IsraSurat ini terdiri atas 111 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamakan dengan Al Israa' yang berarti memperjalankan di malam hari, berhubung peristiwa Israa' Nabi Muhammad di Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis dicantumkan pada ayat pertama dalam surat ini. Penuturan cerita Israa' pada permulaan surat ini, mengandung isyarat bahwa Nabi Muhammad beserta umatnya kemudian hari akan mencapai martabat yang tinggi dan akan menjadi umat yang besar. Surat ini dinamakan pula dengan Bani Israil artinya keturunan Israil berhubung dengan permulaan surat ini, yakni pada ayat kedua sampai dengan ayat kedelapan dan kemudian dekat akhir surat yakni pada ayat 101 sampai dengan ayat 104, Allah menyebutkan tentang Bani Israil yang setelah menjadi bangsa yang kuat lagi besar lalu menjadi bangsa yang terhina karena menyimpang dari ajaran Allah Dihubungkannya kisah Israa' dengan riwayat Bani Israil pada surat ini, memberikan peringatan bahwa umat Islam akan mengalami keruntuhan, sebagaimana halnya Bani Israil, apabila mereka juga meninggalkan ajaran-ajaran agamanya.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya rugilah orang-orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan lagi tidak mengetahui, dan mereka mengharamkan apa yang telah ALlah rizkikan kepada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk,” Al-An’aa 140. “Katakanlah, marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Rabb-mu, yaitu janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan keji, baik yang tampak diantaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan ALlah membunuhnya melainkan dengan sesuatu sebab yang benar.’ Demikian itu yang diperintahkan Rabb-mu kepadamu supaya kamu memahaminya,” Al-An’aam 151. Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan member rizki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar,” Al-Israa’ 31. “Hai Nuh, apabila datang kepadamu perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dosa yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada ALlah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang,” Al-Mumtahanah 12. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata, aku bertanya, “Ya Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?” Beliau menjawab, “Yaitu engkau menyekutukan ALlah sementara Dia-lah yang telah menciptakanmu.” Aku kembali berkata, “Kemudian apalagi?” Beliau menjawab, “Engkau membunuh anakmu karena engkau takut ia makan bersamamu.” Aku katakan, “Lantas apalagi?” Beliau menjawab, “Engkau menzinahi isteri tetanggamu sendiri.” Kemudian turunlah ayat yang membenarkan sabda Nabi saw, Dan orang-orang yang tidak beribadah kepada ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan ALlah membunuhnya kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yagn melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat pembalasan dosanya,” Al-Furqaan 68. Diriwayaktan dari Ubaidah bin ash-Shamit salah seorang personil Perang Badar dan ia juga salah seorang utusan pada malam al-Aqobah bahwasanya Rasulullah saw. bersabda di hadapan sekelompok sahabat, “Berbaiatlah kalian kepadaku untuk tidak menyekutukan ALlah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kalian, tidak berbuat dusta yan gkalian ada-adakan antara tangan dan kaki kalian dan tidak mendurhakaiku dalam perkara yang ma’ruf. Barangsiapa yang memenuhi janjinya tersebut maka ia akan mendapatkan pahalanya dari Allah, dan barangsiapa yang melanggar salah satu janji itu lantas Allah menutupi pelanggaran tersebut maka urusannya terserah kepada Allah, jika berkehendak Allah akan menyiksanya atau mungkin ALlah akan memaafkannya.” Ubadah bin ash-Shamit berkata, “Maka kamipun membaiat beliau atas perkara itu,” HR Bukhari [18]. Kandungan Bab Haram membunuh anak karena takut miskin, oleh karena itu perkara ini mendapat perhatian khusus dalambai’at. Sebab perbuatan tersebut termasuk pembunuhan dan memutuskan tali silaturrahim. Mempertegas agar larangan tersebut tetap terjaga. Ibnu Katsir dalam Tafsir Qur’aanil Azhiim II/196 mengingatkan satu point yang tercantum dalam ayat-ayat yang telah disebutkan dalam bab ini. Ia mengatakan, “Pada firman Allah, Min imlaaq’ Ibnu Abbas, Ibnu Qatadah, as-Sa’di, dan lainnya berkomentar, Yaitu kefakiran.’ Artinya, janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena kemiskinan yang kalian derita. Dalam surat Al-Isra’ “Wala taqtulu auladakum khasyyata imlaaq” artinya janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin. Oleh karena itu, Allah menyebutkan, “Nahnu narzuquhum wa iyyakum” Allah memulai pernyataannya dengan memberi jaminan rizki kepada anak-anak tersebut sebagai tanda kepedulian terhadap mereka. Artinya janganlah kalian khawatir terhadap rizki mereka karena kalian miskin, sebab itu semua telah ditanggung Allah. Adapun ketika seseorang menderita kemiskinan, Allah berfirman, “Kami-lah yang memberi kamu dan anak-anak kamu rizki.” Menyebut kamu lebih dahulu sebab dalam kondisi seperti itu, hal inilah yang lebih penting. Allaahu a’lam. Hukum ini dapat dianalogikan terhadap apa yang sedang marak sekarang ini dikenal dengan sebutan KB untuk membatasi keturunan. Hal ini dilakukan dengan sedikitnya pendapatan, sempitnya lapangan pekerjaan dan meningkatnya angka pengangguran. Ini semua merupakan prasangka jahiliyyah terhadap Allah. Sumber Diadaptasi dari Syaikh Salim bin Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari Pustaka Imam Syafi’i, 2006, hlm. 3/324-327. Post Views 21
MEMBUNUH anak keturunan karena takut atau khawatir kemiskinan, karena malu, atau sebab dan motivasi lainnya merupakan dosa besar. Terdapat sebuah kasus di mana orang tua membuang anaknya semata-mata karena gagal KB. Sebetulnya dia ingin hanya memiliki dua anak saja dan tidak ingin hamil lagi, namun ternyata Allah Ta’ala memberikan keturunan berupa anak yang ke tiga. Sehingga dia buang anaknya tersebut karena tidak merasa menginginkannya. Dan banyak sekali kasus pembunuhan atau pembuangan anak oleh orang tuanya sendiri di sekitar kita. Apapun motivasinya, membuang atau membunuh anak adalah dosa besar. Allah Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada anak-anak mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” QS. Al-Isra’ 31 BACA JUGA Membunuh Semut, Bagaimana Menurut Islam? Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mengatakan “karena takut kemiskinan.” Artinya, kondisi orang tua ketika itu masih berkecukupan. Namun orang tua kawatir jika menambah anak, akan menyebabkan mereka jatuh miskin. Oleh karena itu, Allah Ta’ala katakan, “Kamilah yang akan memberi rezeki kepada anak-anak mereka dan juga kepadamu.” Allah Ta’ala dahulukan penyebutan rezeki sang anak, lalu menyebutkan jaminan rezeki bagi orang tua, sebagai jaminan bahwa Allah Ta’ala akan benar-benar menjamin rezeki sang anak sehingga tidak selayaknya orang tua khawatir anak-anak mereka akan menyebabkan mereka jatuh miskin. Allah Ta’ala juga befirman, “Katakanlah, Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu, janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena miskin, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.” QS. Al-An’am 151 Berbeda dengan ayat sebelumnya, dalam ayat ini Allah Ta’ala katakan, “karena miskin.” Artinya, orang tua sudah berada dalam kondisi miskin. Kalau anak bertambah, maka dia khawatir akan semakin miskin sehingga akhirnya dia membunuh anaknya. Oleh karena itu, Allah Ta’ala dahulukan penyebutan jaminan rezeki bagi orang tua sebelum jaminan untuk sang anak, dalam firman-Nya, “Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.” Karena dalam kasus ini berkaitan dengan kekhawatiran rezeki bagi orang tua yang sudah jatuh miskin. BACA JUGA Takut Miskin karena Bersedekah, Ketahuilah Hal Ini Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Engkau menjadikan sekutu bagi Allah, sedangkan Dia-lah yang menciptakanmu.” Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu bertanya lagi, “Lalu apa lagi?” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Kemudian Engkau membunuh anakmu karena takut mereka akan ikut makan bersamamu.” Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu bertanya lagi, “Lalu apa lagi?” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Kemudian berzina dengan istri tetanggamu.” HR. Bukhari no. 7520 dan Muslim no. 86 Wahai orang tua, jangan bunuh dan jangan buang anakmu, karena banyaknya keturunan adalah satu hal yang dianjurkan dan terpuji. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Nikahilah wanita yang besar cintanya kepada suami dan yang subur. Karena aku berlomba-lomba untuk memperbanyak jumlah umatku dibandingkan umat yang lainnya.” HR. Abu Dawud. [] SUMBER
Katakanlah, wahai Nabi Muhammad kepada mereka yang menetapkan hukum sekehendak nafsunya, "Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu, yaitu pertama, jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun dalam segala aspek kehidupanmu, baik dalam keyakinan di hati, perkataan, ataupun perbuatan. Kedua, berbuat baik-lah kepada ibu bapak-mu, dan ketiga, janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka. Keempat, janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat oleh orang lain atau yang dilakukan oleh anggota tubuhmu, ataupun yang tersembunyi di dalam hatimu atau tidak terlihat orang lain. Selanjutnya kelima, janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar, yaitu yang dibenarkan oleh syariat seperti qishash, membunuh orang murtad, rajam, dan sebagainya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu dalam permulaan ayat ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar mengatakan kepada kaum musyrikin yang menetapkan hukum menurut kehendak hawa nafsunya bahwa ia akan membacakan wahyu yang akan diturunkan Allah kepadanya. Wahyu itu memuat beberapa ketentuan tentang hal-hal yang diharamkan kepada mereka. Ketentuan-ketentuan hukum itu datangnya dari Allah, maka ketentuan-ketentuan itulah yang harus ditaati, karena Dia sendirilah yang berhak menentukan ketentuan hukum dengan perantara wahyu yang disampaikan oleh malaikat kepada Rasul-Nya, yang memang diutus untuk menyampaikan ketentuan-ketentuan hukum kepada umat manusia. Ketentuan-ketentuan hukum yang disampaikan Rasul kepada kaum musyrikin itu berintikan 10 ajaran pokok yang sangat penting yang menjadi inti dari agama Islam dan semua agama yang diturunkan Allah ke dunia. Lima ketentuan di antara sepuluh ketentuan itu terdapat dalam ayat ini, empat buah di antaranya terdapat dalam ayat berikutnya 152, sedang satu ketentuan lagi terdapat dalam ayat berikutnya lagi 153. Para ulama menamakan sepuluh ajaran pokok itu "al-Washaya al-'Asyr" sepuluh perintah, yang mana dalam ayat 151 ini disebutkan lima yaitu 1Jangan mempersekutukan Allah, 2Berbuat baik kepada kedua orangtua ibu dan bapak, 3Jangan membunuh anak karena kemiskinan, 4Jangan mendekati berbuat kejahatan secara terang-terangan maupun secara tersembunyi, 5Jangan membunuh jiwa yang diharamkan membunuhnya oleh Allah. Adapun larangan tidak boleh mempersekutukan Allah adalah pokok pertama yang paling mutlak, baik dengan perkataan atau iktikad. Seperti mempercayai bahwa Tuhan itu bersekutu, atau dengan perbuatan seperti menyembah berhala-berhala atau sembahan-sembahan lainnya. Setelah Allah memerintahkan manusia agar bertauhid dan jangan mempersekutukan-Nya, maka Allah memerintahkan manusia agar berbuat baik terhadap kedua orang tua. Urutan ini jelas menerangkan bagaimana pentingnya berbuat baik terhadap kedua orangtua, meskipun mereka salah atau menyuruh anaknya mempersekutukan Tuhan, namun si anak tetap harus berbuat baik terhadap mereka di dunia ini dan harus menolak dengan sopan suruhan atau ajakan orangtua untuk mempersekutukan Tuhan, sebagaimana firman Allah Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. Luqman/31 15 Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas'ud. Dia menyampaikan hadis yang maksudnya sebagai berikut "Saya bertanya kepada Rasulullah, tentang amal yang paling afdhal?" Rasulullah menjawab, "salat tepat pada waktunya," apalagi sesudah itu? Jawabnya, "berbuat baik terhadap kedua orang tua," apalagi sesudah itu? Jawabnya, "berjihad di jalah Allah." Riwayat al-Bukhari dan Muslim Yang dimaksud dengan berbuat baik terhadap kedua orang tua ialah menghormati keduanya, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan penuh rasa cinta dan kasih sayang, bukan karena takut atau terpaksa. Penghormatan tersebut wajib, di samping kewajiban anak membelanjai ibu bapaknya yang tidak mampu, sesuai dengan kesanggupan anak itu. Perintah berbuat baik kepada orang tua diikuti dengan larangan kepada orang tua membunuh anak mereka disebabkan kemiskinan yang menimpa mereka, karena Tuhan akan memberi rezeki kepada mereka dan anak-anak mereka. Firman Allah Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar. al-Isra'/17 31 Larangan membunuh anak pada ayat ini berbeda dengan larangan membunuh anak pada ayat lain dalam Surah al-Isra' ayat 31. Pada ayat 151 Surah al-An'am, larangan membunuh anak karena takut kemiskinan yang sedang diderita menimpa. Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah akan memberi rezeki kepada orang tua yang membelanjai anaknya, dan kata berarti bahwa Allah akan memberi rezeki kepada mereka anak-anakmu. Sedangkan dalam Surah al-Isra', Allah menjelaskan pada ayat artinya "Kami akan memberi rezeki kepada mereka anak-anak" dan kata artinya "Allah akan memberi rezeki kepadamu orang tua. Didahulukannya anak-anak dalam pemberian rezeki menunjukkan perhatian Allah yang begitu besar terhadap anak, akibat sikap orang tua yang takut punya anak karena takut menjadi miskin. Pada ayat ini Allah melarang mendekati perbuatan-perbuatan keji apalagi mengerjakannya, baik berupa perbuatan, seperti berzina, atau menuduh orang berzina, baik perbuatan itu dilakukan dengan terang-terangan atau dengan sembunyi. Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas dalam menafsirkan ayat ini, pada masa Jahiliyah orang-orang tidak memandang jahat melakukan zina secara tersembunyi, tetapi mereka memandang jahat kalau dilakukan secara terang-terangan. Maka dengan ayat ini Allah mengharamkan zina secara terang-terangan atau tersembunyi. Pendapat lain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan perbuatan yang nampak terang ialah semua perbuatan dengan anggota tubuh, sedangkan yang tersembunyi adalah perbuatan hati, seperti takabur, iri hati, dan sebagainya. Pada ayat ini Allah melarang pula membunuh jiwa tanpa sebab yang benar menurut ajaran Tuhan. Rasulullah bersabda "Tidak boleh membunuh jiwa seorang muslim, terkecuali disebabkan salah satu dari tiga perkara, yaitu karena murtad muslim yang berbalik jadi kafir, zina, muhsan zina orang yang sudah pernah kawin dan membunuh manusia tanpa sebab yang benar." Riwayat Abu Daud. Demikian juga orang-orang kafir yang ada perjanjian damai dengan kaum Muslimin tidak boleh dibunuh atau diganggu, sesuai dengan sabda Rasulullah "Mereka mempunyai hak sebagaimana hak yang ada pada kami kaum muslimin dan mempunyai kewajiban sebagaimana kewajiban yang ada pada kami kaum muslimin." Riwayat At-Tirmidzi Setelah diterangkan lima dari ajaran pokok yang sangat penting itu, maka Allah mengakhiri ayat ini dengan suatu penegasan yang maksudnya Demikian itulah yang diperintahkan Tuhan kepadamu, agar kamu memahami tujuannya bukan seperti tindakanmu yang menghalalkan dan mengharamkan sesuatu menurut hawa nafsu.
jangan bunuh anakmu karena takut miskin